Sabtu, 30 Agustus 2008

renungan ramadhan

SAATNYA MERAMADHANKAN HIDUP KITA

Doni, seorang koas dibagian bedah diawal ramadhan terlihat sibuk munyusun jadwal dinasnya, diatur sedemikian lupa hingga tak mengganggu lebaran. Baru masuk ramadhan rencana-rencana lebarannya sudah tergambar dengan detail. bedahalnya untuk masalah puasa dia samasekali tak merencanakan targetan-targetan apapun.

Dedi lain lagi, mahasiswa preklinik tahun tiga ini merasa akan sangat disibukkan dengan tutorial bloknya di bulan ramadhan ini. Dia sudah menjadwalkan di malam yang esoknya ada tutorial dia akan absen ke mesjid atau absen dari tarawih. Takut ndak siap dan ndak ok ketika tutorial.

Hal yang hampir senada juga terjadi pada dian, mahasiswa baru yang masih samara-samar melihat dunia kampus, “belum melek bener” Kegamangannya dihari pertama kuliah yang bertepatan pula dengan ramadhan terasa begitu berat bagi dian. Hal ini memaksa dian akhirnya membuat keputusan untuk tidak puasa beberapa hari yang mungkin terasa full kuliahnya. Takut ndak mudeng dengan pelajaran katanya.

Fenomena diatas mudah-mudahan bukanlah kenyataan atau bahasa lainnya “hanya fiktif belaka”. Hal diatas barangkali hanya bersitan-bersitan rencana kita yang masih terlintas di hati dan fikiran kita. Untung baru sekedar niatan. Berarti masih ada waktu karena “niatan buruk kalau tak jadi dilaksanakan justru akan dapat pahala satu kebaikan”

Sering sekali yang terfikir oleh kita adalah penghujung ramadhan, kita tak peduli bagaimana kita menjalani ramadhan yang penting bagi kita adalah bagaimana kita berlebaran. Ramadhan tak jarang justru menjadi beban yang kita rasa akan menghambat kinerja kita, menghambat sebuah produktifitas. Tak jarang lepas dari ramadhan kita justru berteriak senang,”merdeka” bebas dan akan senang-senang di saat lebaran. Mungkinkah? Suatu good ending akan terjadi tanpa sebuah proses yang baik?

Mari sedikit kita melihat pada Rasulullah, sahabat, tabi’in dan tabi’-tabi’in. Akhir ramadhan disambut dengat isakan tangis dan kesedihan yang luar biasa. Mereka sedih jangan-jangan ini kesempatan terakhir kita beramadhan. Kegembiraan justru datang diawal memasuki ramadhan. Rasulullah SAW sangat gembira sekaligus juga memberikan kabar gembira pada umatnya saat memasuki ramadhan. Dalam pidatonya Rasulullah menggambarkan keutamaan-keutamaan Ramadhan antara lain

  • Bau mulut orang yang berpuasa nantinya lebih harum dari bau kesturi
  • Malaikat memintakan ampun baginya sampai waktu berbuka
  • Setiap hari Allah menghiasi syurga milik orang yang berpuasa
  • Setan-setan dibelenggu dan tidak dapat bebas berkeliaran seperti di bulan lain
  • Diampuni dosanya di akhir tiap malam

Itulah lima kebaikan yang tertuang dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad. Apa kita semua menginginkan kelima hal tadi? Tentu saja iya. Bahkan kita menginginkan ramadhan hadir bukan sebatas satu bulan ini saja tapi dia bisa hadir terus bersemayam dalam diri kita, karena kita ingin kelima kebaikan tetap ada sampai ajal menjemput kita.

Ramadhankan hidup kita artinya bukan sekedar menghadirkan diri pada bulan yang dinamai ramadhan tapi menghadirkan hati kita dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Panglima diri kita adalah hati. Jangan sampai secara fisik kita puasa tapi secara hati tidak. Sehingga kita hanya dapatkan lapar dan haus semata.

Jangan biarkan kita menyesal melewatkan bulan ini. Bulan dimana kita dengan mudah bisa beribadah. Kalau bulan ini saja kita tak berhasil memaksakan diri mengabdi pada Allah maka sangat kecil harapan kita dapat melakukan perbaikan diri, peningkatan amal diluar bulan yang suci dan penuh rahmat ini.

Sembunyi dibalik kesibukan kita selaku mahasiswa kedokteran, selaku dokter, ataupun dosen hanya akan merugikan kita. Banyak orang lain yang mungkin lebih sibuk dari kita bahkan pemikirannya bukan sebatas kampus ataupun Negara tapi Internasional. Ternyata Ramadhannya lebih unggul dibandingkan kita, asal ada tekad yang kuat.

Menurut teorinya, kepribadian terkadang berawal dari sebuah keterpaksaan tapi ketika dilakukan terus secara disiplin selama 21 hari maka ia akan menjadi kebiasaan. Sehingga untuk sukses ramadhan kita harus punya target karena kita ingin bulan ramadhan menjadi satu titik perubahan sekaligus pembiasaan diri dengan kebaikan. Perubahan yang bertahan tidak hanya di bulan ramadhan tapi bertahan dibulan-bulan lain.. Kita bahkan bermimpi seumur hidup kita adalah ramadhan, saat dimana ada kemudahan berbuat kebaikan, saat-saat setan dibelenggu dan hati begitu mudah tersentuh” pasti kita semua ingin bukan?

sudah dipostkan ke dawa' buletin FSKI Unand

Jumat, 29 Agustus 2008

da'i sebelum dokter

Seorang dokter terlihat tak lagi mampu tersenyum saat menghadapi pasien, lelah,letih yang terasa lebih dominan membuatnya lupa bahwa jauh sebelum jadi dokter dia adalah seorang da'i. seorang yang datang untuk memberikan ketenangan, memberikan pelayanan dengan senyuman yang ikhlas